Senin, 27 September 2010

Soekarno – Soeharto, 2 Orang Penentu Nasib Bangsa

Soekarno dan Soeharto. Nama itu mulai disinggung singgung sejak pasca Gerakan 30 September 1965, atau yang lebih dikenal G 30 S dimana sosok seorang Bapak Pendiri Bangsa/Proklamator Ir. Soekarno mulai disaingi dengan Panglima KOSTRAD Soeharto.


  Soekarno lahir pada tanggal 06 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Sejak dari kandungan, Ia sudah akan diramalkan menjadi orang sukses dimana ia menjadi panutan dan pembawa revolusi dunia. Ia lahir sama seperti Bung Hatta, di dalam kondisi subuh ketika fajar baru menyingsing. Hal yang menurut kepercayaan Jawa bahwa orang itu akan menjadi panutan bagi bangsa dan pembawa perubahan bagi bangsa. Semasa hidup, dapat bisa dikatakan bahwa 90% hidup Sukarno diberikannya demi NKRI dan Rakyat.
Tanpa berpanjang lebar, Pada tanggal 17 Agustus 1945, bersama Mohammad Hatta, Sukarno memproklamasikan Kemerdekaan didepan rakyat banyak. Inilah titik awal jembatan emas bangsa. Ia dilantik menjadi Presiden pada tanggal 18 Agustus 1945, dimana syarat-syarat untuk bernegara / unsur-unsur sebuah negara sedang diproses. Diurutkan:
  1. 17 Agustus 1945     =  Rakyat
  2. 18 Agustus 1945      =  Pemerintahan yang berdaulat, Undang²
  3. 19 Agustus 1945      =  Wilayah Negara
Perjuangan bangsa dibawah pimpinan Presiden Soekarno mengalami sejarah yang panjang dan mengesankan. hal yang tidak terduga, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, nama Indonesia bisa berkibar diatas panggung dunia internasional, Indonesia dapat disaingi dengan Amerika Serikat dan bahkan mendapat julukan “negara terkuat ke-2 di Asia dalam bidang pertahanan”. Pidato-pidato politik Bung Karno selalu mendapat respon positif dari dunia Internasional, bahkan rakyatnya saja berebut tempat hanya untuk mendengarkan pidato-pidato Bung Karno. Bung Karno menjadi cerminan hidup bangsa. Ideologinya yang kuat tentang Pancasila dan ajaran-ajarannya menjadi tolak ukur dalam kehidupan berbangsa dan berbegara.
Hingga pada suatu ketika, karena pengaruhnya ke dunia luar yang begitu hebat. (Ia mempropagandakan pemahamannya tentang upaya Gerakan Non-Blok, OLDEFO dan NEFO yang bertentangan dengan apa yang dibuat, diajarkan United Nations / PBB; keberaniannya untuk menolak Malaysia dan perlawanannya kepada AS) Soekarno menjadi sasaran target dunia-dunia adikuasa untuk menghancurkan pemerintahannya yang begitu kuat. Posisisnya yang penting ternyata dapat membahayakan keberadaan pengaruh politik barat di negara-negara miskin dan berkembang. Oleh karena itulah, meletus peristiwa G 30 S.
Kejadian pasca G 30 S membuat nama Presiden Soekarno turun. Timbul kepercayaan bangsa dimana pengaruh Suharto (Lahir di Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921) yang saat itu menjadi PANGKOSTRAD menjadi begitu berarti dimata masyarakat. Soeharto sukses mempropagandakan nama PKI sebagai dalang dari G 30 S.



Hal itu tak pelak membuat masyarakat menuntut pembubaran partai komunis terbesar di Indonesia itu (PKI menjadi partai terkuat dan pesaing tebesar Angkatan Darat pada pemilu ‘55). Tuntutan itu tentu tidak dapat dikabulkan begitu saja oleh Sukarno, mengingat ajarannya tentang NASAKOM yang bertolak belakang jika ia membubarkan PKI yang berlandaskan komunis.
[Perlu diingat, NASAKOM bukanlah sebuah ideologi dasar negara. Sebab dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang bersifat bertolak belakang dengan IDEOLOGI KOMUNISME!]
Pengangkatan Suharto menggantikan LetJend. A. Yani yang gugur dalam G 30 S menjadi celah awal dalam pengaruhnya menggulingkan pemerintahan Sukarno. Celahnya semakin terbuka ketika ia diangkat menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat. Ditambah dengan sifatnya yang katanya berpihak kepada masyarakat mendukung aksi pembubaran PKI. Perhatian masyarakat semakin menjauh dari Soekarno dan berpaling kearah Soeharto. Pidato-pidato politik Bung Karno yang biasanya menggugah masyarakat, kini dianggap sebagai dongeng menjelang tidur. Nama Soekarno ulai pudar dengan begitu cepatnya di mata masyarakat dalam kurun waktu < 1 tahun.
Penyerahan Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR) menjadikan Soekarno berada di ujung tanduk. Penyerahan Surat yang disertai penodongan itu memperlebar celah Suharto untuk masuk ke dalam urusan pemerintahan presiden. PKI dibubarkan, peng-reshuffle-an kabinet dan anggota MPR yang pro Soekarno menjadi pro Soeharto, pembentukan kabinet Ampera semakin membuat Sukarno berada di pinggir jurang kematian. Padahal Sukarno sendiri mengatakan bahwa penyerahan SP 11 Maret merupakan surat penugasan untuk memulihkan keadaan, bukan untuk mengatur pemerintahan! 



Hingga pada akhirnya, Soekarno dipecat (tanpa diberikan hak untuk pidato pertanggung jawaban) dari kursi Presiden Republik Indonesia oleh MPRS pada Februari 1967, dan kekuasaannya digantikan oleh Presiden Soeharto. Itulah awal pemerintahan Soeharto: Orde Baru;dan akhir dari pemerintahan Soekarno: Orde Lama.
Jadi, mungkin tanpa ada Suharto di Indonesia, sampai matipun Sukarno tetap masih menjadi Presiden RI. (Bossga)

sumber : http://bossgahutagalung.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


counter map